Tanggamus, Datalampung.com — Di lereng perbukitan Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus, Lampung, sinar matahari tak sekadar menghangatkan tubuh dan tanah pertanian. Cahaya itu kini menjadi sumber kehidupan baru bagi warga desa.
Melalui pemanfaatan energi terbarukan, masyarakat Ulubelu berhasil menciptakan kemandirian energi yang menopang perekonomian mereka.
Program Desa Energi Berdikari, hasil kolaborasi Pertamina New & Renewable Energy dengan Pertamina Geothermal Energy (PGE), menjadi titik balik perubahan itu. Warga mendapat bantuan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk menjalankan berbagai kegiatan produktif di sektor pertanian yang menggerakkan roda ekonomi berbasis energi hijau.
Di Desa Ngarip, aroma kopi tak hanya datang dari hasil panen, tetapi juga dari tumpukan kulit kopi yang kini berubah menjadi pupuk organik bernilai jual tinggi. Di bawah bimbingan PGE Area Ulubelu, Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Margo Rukun Bestari berhasil menciptakan inovasi pupuk kompos organik bernama Pertaganik Bestari.
Wakil Ketua KUPS Margo Rukun Bestari, Wastoyo mengatakan, ide itu bermula dari persoalan sederhana, yakni limbah kulit kopi yang tak terpakai.
"Kita diberi inovasi pembuatan pupuk kompos di mana limbah kulit kopi yang ada di masyarakat itu belum termanfaatkan. Akhirnya dengan inovasi yang diberikan oleh PGE Area Ulubelu, kita mampu membuat produksi pupuk kompos yang kemudian diuji lab oleh ITERA dan akhirnya dipercaya oleh beberapa konsumen sehingga kita mampu memproduksi pupuk kompos itu mencapai 70–100 ton per tahun," kata Wastoyo, Kamis (23 Oktober 2025).
KUPS Margo Rukun Bestari juga menjadi ruang belajar bagi anak-anak muda di desa yang sebelumnya belum memiliki pekerjaan tetap.
"Dulunya memang kita adalah teman-teman anak muda yang mayoritas orang tuanya petani. Setelah lulus sekolah, mereka bingung mau kerja apa. Akhirnya kita membuat kelompok usaha ini untuk menampung mereka, tempat belajar mengatur manajemen dan usaha," lanjutnya.
Kini, kelompok tersebut menjadi motor ekonomi baru bagi masyarakat sekitar. "Di kelompok usaha perhutanan sosial ini ternyata mereka malah mendapatkan tempat sandaran karena usaha kita itu menghasilkan pendapatan. Jadi pendapatan kelompok usaha perhutanan sosial KUPS kami ini satu tahun bisa mencapai 1,5 sampai 2 miliar rupiah," ujarnya.
Menurut Community Development Officer PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu, Nurul Hidayatun Nazah, pengembangan pupuk Pertaganik Bestari bermula dari penelitian terhadap potensi limbah kulit kopi yang ternyata memiliki kandungan baik untuk tanaman.
"Jadi kalau pengembangan pupuk Pertaganik Bestari ya di KUPS Margo Rukun Bestari itu awal mulanya adalah dari permasalahan limbah kulit kopi ceri yang ada di sini. Mayoritas kan di sini banyak petani kopi, yang mana limbah kulit kopinya ini kita belum ada inovasi apa yang bisa dimanfaatkan," ujar Nurul.
"Nah ternyata setelah kita melakukan kajian, kandungannya ini sangat baik untuk tanaman. Jadi kita buatlah inovasi Pertaganik Bestari ini. Jadi mengolah limbah kulit kopi ceri menjadi sebuah pupuk kompos organik," tambahnya.
Nurul menjelaskan bahwa upaya ini tak berhenti di inovasi pupuk saja, tapi juga menyentuh aspek energi terbarukan.
"Ke depannya kita ingin mengkolaborasikannya juga dengan energi terbarukan dari PGE ya. Itu salah satunya adalah pemanfaatan PLTS. Nah PLTS itu digunakan untuk mengoperasionalkan alat penggiling di sana," katanya.
"Jadi kita memastikan bahwa energi terbarukan ini juga tersentuh ke masyarakat," lanjutnya.
Selain mendukung pengelolaan limbah kopi, PGE Area Ulubelu juga mengembangkan green house budidaya melon yang memadukan energi panas bumi dan energi surya.
"Selain di KUPS, kita juga memanfaatkan PLTS di Greenhouse Melon. Nah di Greenhouse Melon ini kita memanfaatkan PLTS untuk memastikan operasional seperti pompa air untuk pengaliran nutrisi itu berjalan dengan baik. Dan menghemat biaya penggunaan listrik konvensional," jelas Nurul.
Teknologi heat exchanger digunakan untuk memanfaatkan panas dari sisa operasional panas bumi (brine) agar suhu green house tetap stabil.
"Selain itu juga PLTS ini digunakan untuk mengoperasionalkan heat exchanger. Yang mana kita memanfaatkan heat exchanger ini untuk direct use kita, pemanfaatan brine, dan menjadikan dia sebagai kontrol suhu otomatis di Greenhouse Melon," tambahnya.
Dengan sistem tersebut, biaya operasional listrik dapat ditekan hingga jutaan rupiah per tahun. "Kalau dengan pemanfaatan PLTS, dampak secara ekonomi itu tentunya bisa menekan biaya listriknya. Contohnya di melon ini kita bisa menekan biaya sekitar Rp3,6 juta per tahun dengan adanya PLTS ini, jadi petani di sini sudah tidak bergantung pada listrik konvensional," ujar Nurul.
Bagi masyarakat Ulubelu, sinar matahari yang dulu hanya menghangatkan pagi kini menjadi sumber kehidupan baru. Di tengah kesejukan pegunungan dan aroma kopi yang khas, energi bersih memberi mereka harapan bahwa masa depan pedesaan bisa mandiri, hijau, dan berdaya. (Im)



