Bandar Lampung – Provinsi Lampung mencatat deflasi sebesar 1,47 persen pada Agustus 2025 secara bulanan (month to month). Angka ini berbanding terbalik dengan bulan sebelumnya yang mencatat inflasi 0,19 persen. Sementara secara tahunan (year on year), inflasi Lampung berada pada level 1,05 persen, lebih rendah dibandingkan Juli yang mencapai 2,63 persen dan di bawah inflasi nasional yang tercatat 2,31 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, Bimo Epyanto, menjelaskan bahwa deflasi pada Agustus dipengaruhi oleh koreksi harga pada sejumlah komoditas.
“Deflasi pada Agustus 2025 utamanya disebabkan oleh penurunan harga komoditas, kelompok pendidikan, serta makanan, minuman dan tembakau,” ujar Bimo, 3 September 2025.
Penurunan biaya pendidikan untuk jenjang SMA/SMK/SLB turut memberi andil deflasi. Selain itu, komoditas hortikultura seperti tomat, cabai rawit, dan bawang putih mengalami penurunan harga akibat melimpahnya pasokan di pasar.
Namun di sisi lain, beberapa komoditas masih mencatat kenaikan harga, terutama bawang merah dan beras, sehingga sedikit menahan potensi deflasi lebih dalam.
BI Lampung bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) memperkirakan inflasi tetap berada dalam kisaran target nasional 2,5 ± 1 persen sepanjang 2025. Stabilitas harga yang terjaga disebut menjadi sinyal positif bagi perekonomian Lampung, terutama dalam menjaga daya beli masyarakat menjelang akhir tahun.
